Punya Potensi Unik, Desa Bengkala Hadirkan Eduwisata Kata Kolok

Pernahkah anda menonton film “A Quiet Place?” Sebuah film horor yang menuntut penduduknya agar membisu untuk mencegah lebih banyak korban pembunuhan oleh makhluk yang sensitif terhadap suara. Bagaimana jika saya beri tahu anda bahwa ada sebuah desa di Bali dimana beberapa penduduknya bisu? Ya, desa ini bernama Desa Bengkala yang terletak di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. Desa Bengkala dikenal dengan istilah Desa Kolok yang diartikan sebagai desa yang memiliki masyarakat yang tuli dan bisu. Dari 2.275 jiwa penduduknya, tercatat sebanyak 40 jiwa merupakan warga Kolok. Dengan berbagai keterbatasan, masyarakat Desa Kolok tidak hanya diam atau berpangku tangan. Keterbatasannya tidak membatasi meraka untuk tetap eksis mengeskpresikan diri dan melahirkan sebuah karya seni yaitu Tarian Janger Kolok.1,2 Meskipun tidak dapat mendengar, masyarakat Desa Kolok mampu bergerak dengan dinamis mengikuti tiap alunan gamelan. Hal ini dikarenakan penari Janger Kolok mengikuti tiap aba-aba dan isyarat visual yang diberikan oleh pemain gamelan. Teknik komunikasi dengan bahasa isyarat ini merupakan bahasa lokal sehari-hari masyarakat Desa Kolok yang lebih dikenal dengan sebutan Kata Kolok.3
Dewasa ini dukungan dalam pengembangan dan penggunaan bahasa isyarat semakin digalakkan termasuk juga di Indonesia. Hal ini terbukti dengan adanya penerjemah bahasa isyarat di berbagai acara besar kenegaraan, salah satu momennya ialah pada peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia dan dapat dilihat juga pada siaran berita TV nasional. Jika secara nasional terdapat BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia) dan SIBI (Sistem Bahasa Isyarat Indonesia) sebagai bahasa isyarat, maka masyarakat Bengkala memiliki Kata Kolok sebagai bahasa isyarat daerah. Dibandingkan dengan BISINDO dan SIBI, Kata Kolok cenderung lebih mudah dipahami karena menggunakan bahasa isyarat yang sederhana. Sebagai contoh, untuk mengilustrasikan kata “Bapak” bahasa isyarat yang dapat digunakan ialah dengan meletakkan telunjuk yang melengkung di atas bibir seperti membentuk kumis.3 Contoh sederhana lainnya,  modalitas kata yang menunjukkan aktivitas sebagai sebuah keharusan umumnya diisyaratkan dengan meletakkan jari telunjuk pada dahi tepat di antara alis (Gambar 1).4 Kata Kolok yang unik dan cenderung mudah dipahami ini tentunya memiliki potensi yang sangat besar sehingga tidak menutup kemungkinan dapat diresmikan menjadi salah satu bahasa daerah Indonesia atau  bahkan menjadi salah satu warisan budaya yang diakui UNESCO.

A. Sembahyang, B. Modalitas Yang Menunjukkan Harus (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Semangat dalam melestarikan Kata Kolok tentunya harus dituangkan dalam langkah-langkah konkret. Salah satu bentuk upaya pelestarian yang dapat dilakukan dengan menawarkan inovasi kegiatan berwisata di Desa Bengkala dalam bentuk eduwisata Kata Kolok. Konsep eduwisata ini sebelumnya telah sukses diaplikasikan di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali. Tidak seperti Kecamatan Tejakula yang berfokus pada edukasi pembuatan garam piramid, konsep eduwisata di Desa Bengkala menyajikan hal yang tidak kalah menarik yaitu dengan menonjolkan pembelajaran bahasa isyarat Kata Kolok. Dalam pelaksanaannya, wisatawan akan diberikan pembelajaran mengenai penggunaan Kata Kolok dan ilmu yang didapat akan langsung dipraktekkan bersama masyarakat kolok di Desa Bengkala. Selain itu, wisatawan tidak perlu khawatir jika ada kosa kata yang terlupakan setelah belajar Kata Kolok karena masyarakat Bengkala sudah sangat siap menunjang pelaksanaan eduwisata. Hal ini tercemin dengan tersedianya kamus Kata Kolok yang hadir dalam versi Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yang dapat membantu wisatawan berinteraksi dengan masyarakat Kolok. Pengalaman berkomunikasi dengan masyarakat kolok secara tidak langsung akan menumbuhkan rasa toleransi dalam diri para wisatawan. Toleransi tentunya suatu hal yang tidak ternilai harganya. Dengan toleransi, setiap individu dapat mencintai, menghargai, mensyukuri, serta menjadi payung pelindung dan penyatu keberagaman latar belakang masyarakat yang ada. Tentunya keunikan kegiatan ini akan menjadi nilai jual tinggi terhadap eksistensi eduwisata di Desa Bengkala, terlebih jika eduwisata ini dapat dikembangkan dengan konsep attraction, accessibility, amenitas, ancillary service, dan kelembagaan yang baik. Namun sayangnya, dibalik konsep eduwisata Kata Kolok yang cukup menjanjikan, potensi eduwisata ini belum bisa dilaksanakan secara maksimal. Aksesibilitas kembali menjadi penghambat berkembangnya potensi pariwisata Pulau Bali bagian utara.
Para pemangku kepentingan sesungguhnya sudah melirik bagaimana potensi pariwisata di Bali Utara, tidak terkecuali potensi Desa Bengkala. Hal ini tercermin dengan tengah berlangsungnya pembangunan shortcut Singaraja-Mengwitani sebagai jawaban atas permasalahan aksesibilitas ke Bali Utara. Selain itu, berbagai lapisan masyarakat dan pemerintah harus bahu-mambahu membangun eduwisata kata Kolok dari segi kualitas, kontinuitas dan keseimbangan agar menjadi daya tarik pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism). Hal ini diperlukan untuk tetap menjaga eksistensi eduwisata kata Kolok sebagai salah satu upaya pelestarian budaya serta sebagai sarana peningkatan sumber daya manusia. Dengan demikian, masyarakat Kolok dapat berdaya saing tinggi serta memiliki kinerja yang kompeten, produktif, dan berkualitas sesuai dengan apa yang diharapkan Pemerintah Provinsi Bali dalam Nangun Sat Kerthi Loka Bali guna mewujudkan masyarakat Bali yang sejahtera dan bahagia.

 

Penulis:
Made Yuda Pradnyana – Bagus Buleleng 2021

Sumber-sumber:

  1. Lestari W. Orang Kolok dan Orang Inget: Studi Kasus Tentang Inkulsi Sosial Difabel Ketulian dan Penanganan Kesehatan Indera di Desa Bengkala, Buleleng, Bali. 2019;(October 2012).
  2. Payuyasa IN. Eksistensi dan Perspektif Nilai Janger Kolok di Desa Bengkala Singaraja. ISI Denpasar [Internet]. 2016;2(75):147–73. Available from: https://isi-dps.ac.id/eksistensi-dan-perspektif-nilai-moral-janger-kolok-di-desa-bengkala-singaraja/
  3. Kemenparekraf. Desa Bengkala Bali: Desa Difabel yang Masyarakatnya Pandai Menari. 2021. Available from: https://kemenparekraf.go.id/rumah-difabel/Desa-Bengkala-Bali%3A-Desa-Difabel-yang-Masyarakatnya-Pandai-Menari
  4. Putri DR. Makna Modalitas Dalam Kata Kolok Bengkala. 2017;24–5.